Anda
sering jengkel dengan anak? Merasa kesal bahkan pusing dengan kelakuan mereka
yang terkadang bandel dan tidak mau diam? Ya, perasaan itu pasti pernah kita
rasakan, karena faktanya, anak-anak tidak selalu lucu dan menggemaskan, tetapi
juga terkadang membuat kita jengkel, sedih,
bahkan marah. Tak jarang, para orang tua kewalahan menghadapi tingkah
polah anaknya.
Mendidik
anak menjadi baik adalah hal yang tidak mudah dan membutuhkan kerja keras. Allah
menjanjikan pahala yang besar bagi orang tua yang berhasil mendidik anaknya
menjadi anak yang sholih, di antaranya bahwa pahala anak sholih menjadi pahala
yang tidak terputus bagi orang tuanya setelah ia mereka berdua meninggal dunia.
Mengingat betapa berharganya seorang anak dalam Islam, sangat tidak mungkin apabila
tidak terdapat bimbingan yang lengkap dalam kitab dan sunnah dalam mentarbiyah mereka.
Salah satu bimbingan Islam dalam hal ini adalah perilaku Nabi shalallahu alaihi wasallam terhadap anak-anak.
Bagaimanakah Nabi memperlakukan anak-anak pada masanya, sehingga tercetaklah
generasi terbaik tiada bandingnya?
Dalam
hadist Abu Hurairah, ia berkata : kami pernah sholat Isya' bersama Rasulullah,
dan ketika beliau sujud, naiklah Hasan dan Husein di atas punggung beliau, bila
beliau mengangkat kepala, beliau menurunkan mereka berdua dengan perlahan dan
meletakkan mereka di lantai, ketika beliau sujud, mereka naik lagi ke punggung
beliau, hal itu berulang-ulang sampai selesai sholat, kemudian beliau meletakkan
mereka di atas paha beliau.
Seorang
shahabiyah, Ummu Kholid juga menceritakan masa kecilnya: "aku mendatangi Rasulullah
shalallahu 'alaihi wa sallam bersama ayahku, dan aku memakai baju
berwarna kuning, .kemudian aku bermain-main cincin kenabian di punggung beliau,
maka ayahku melarangku, tetapi Rasulullah berkata: biarkan saja, kemudian berdoa: "semoga engkau panjang
umur", sampai tiga kali.
Beginilah
Rasulullah memahami kebutuhan anak-anak terhadap permainan dan senda gurau, dan
bukannya membatasi kesenangan mereka dan menuntut mereka bersikap seperti orang
dewasa.
Rasulullah
shalallahu 'alaihi wa sallam juga sering menggendong anak kecil. Diriwayatkan
bahwa beliau menggendong anak kecil sehingga ia kencing di pakaian beliau, maka
beliau meminta air dan memerciki pakaiannya. Dalam riwayat yang lain dikisahkan
bahwa Nabi mencium Hasan Bin Ali radhiyallahua 'anhuma dan disisinya ada
Al Aqra' Bin Harits, maka ia berkata: "Sesungguhnya aku memiliki 10 orang anak
dan aku tidak pernah mencium mereka. Maka Rasulullah pun memandangnya dan
berkata: من لا يَرحم
لا يُرح (Siapa
yang tidak menyayangi tidak akan disayang").
Beginilah
Nabi mengasihi dan menunjukkan rasa cintanya pada anak-anak, bahkan
memperingatkan orang yang tidak mau menunjukkan cintanya pada mereka
Kadang-kadang
beliau shalallahu 'alaihi wa sallam memangku cucu beliau, Hasan Bin Ali
dan Usamah Bin Zaid bersama-sama sambil memeluk mereka dan berkata: "ya Allah
sayangi mereka karena sesungguhnya aku menyayangi mereka". Dalam riwayat Imam Ahmad, Rasulullah shalallahu
'alaihi wa sallam meletakkan tangannya di atas dada atau di
antara kedua bahu Ibnu Abbas sembari berdoa: "Ya Allah, berilah ia
pemahaman ilmu agama dan ajarilah ia tafsir".
Beginilah Nabi mendoakan anak-anak
dengan kebaikan dan bukan sebaliknya mengucapkan kata-kata laknat untuk mereka.
Beliau
juga bermain dan berbincang-bincang dengan anak-anak, walaupun dalam dalam hal tampak
sepele, sekedar untuk menyenangkan mereka. Dari Anas radhiyallahu 'anhu
ia berkata: "sesungguhnya Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam adalah
orang yang paling baik akhlaknya, aku memiliki adik yang bernama Abu Umair dan
ia memiliki seekor burung kecil yang sering ia mainkan, maka apabila Rasulullah
datang ke rumahku ia berkata pada adikku: "ya Aba Umair, apa yang
dilakukan nughair (burung kecil)?". Rasulullah juga mendudukkkan anak-anak
seperti Abdullah Ibnu Abbas dan Abdullah Ibnu Umar dalam majelis para
sahahabat, mengajari dan berdiskusi
bersama mereka,seperti layaknya shahabat yang lain, dan beliau membonceng Abdullah
Ibnu Abbas di atas kendaraannya sambil menasehati dengan bahasa yang mudah
dicerna dan penuh makna: "wahai anak kecil,jagalah Allah niscaya ia akan
menjagamu".
Beginilah
Nabi menghargai dan menghormati seorang anak dan menumbuhkan kepercayaan diri
mereka, bukan sebaliknya, mengabaikan kehormatan dan keberadaan mereka, serta
meremehkan mereka.
Berkata Umar
bin Abi Salamah: "aku adalah anak kecil di rumah Nabi,maka ketika makan, tanganku menjelajah di atas nampan, maka Rasulullah
shalallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadaku dengan lembut: "wahai
anak kecil, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah
makanan yang dekat denganmu". Berkata pula Anas Bin Malik: "pernah
suatu hari Rasulullah menyuruhku keluar untuk suatu kebutuhan, maka aku
berkata: "Demi Allah saya tidak mau pergi, padahal sebenarnya aku mau
melakukan apa yang disuruh oleh Nabi, maka aku pun keluar, sampai aku melewati
anak-anak yang sedang bermain di pasar, maka Rasulullah (mencariku dan)
memegang bajuku dari belakang, maka ketika aku menoleh , kulihat beliau tertawa
sambil berkata: "ya Unais, apa kamu pergi seperti yang aku suruh?"
Aku menjawab: iya , wahai Rasulullah. Sungguh demi Allah, aku telah melayani
beliau selama 9 tahun, dan aku tidak pernah melihat beliau berkata terhadap apa-apa
yang aku kerjakan: "kenapa kamu melakukan itu?", atau terhadap
sesuatu yang tidak aku kerjakan : mengapa kamu tidak melakukan itu ?"
(tidak memarahi).
Beginilah Nabi bersikap sabar terhadap kenakalan
dan kekurangan adab anak-anak, menasehati mereka tanpa teriakan, celaan, apalagi
kekerasan.
Ada pula
riwayat yang tak kalah mengagumkan, dalam suatu majelis Rasulullah, duduk
di sebelah kanan beliau seorang anak kecil sedangkan di kiri beliau orang
dewasa, maka ketika beliau shalallahu alaihi wa sallam hendak memberi
minum (karena kebiasaan Rasulullah selalu memulai dari kanan beliau), Rasulullah
berkata pada anak itu: wahai anak kecil, apakah kamu memberi izin untuk memulai
dari orang yang lebih tua? Maka anak itu menjawab: "Demi Allah, saya tidak
mau bagianku diambil seorang pun. Maka Rasulullah pun memberikan haknya.
Beginilah
Rasulullah menghormati hak setiap orang, walaupun ia seorang anak kecil,
meminta izinnya, dan tidak menyia-nyiakannya.
Beginilah
kasih sayang dan perhatian beliau terhadap anak-anak, padahal beliau adalah
orang yang paling mulia, paling sibuk, memiliki kedudukan paling tinggi, tetapi
beliau tetap meluangkan waktu untuk memperhatikan pendidikan dan memelihara
kedekatan dengan anak-anak, menunjukkan cinta dan penghormatan, serta mengajarkan
kepada orang dewasa bahwa anak-anak sangat butuh kelemah lembutan dan kesabaran.
Maka, akankah kita meneladani beliau dalam hal ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar