Dan Aku Bersegera Kepada Mu Wahai Rabb Ku Supaya Engkau Ridho

We share because  We care
Saudaraku, di saat kita mendengar adzan,
Apakah hati kita tergetar dan ingin segera menghadap  Ar Rahman?
Apakah langkah kita ingin berlari meninggalkan semua kesibukan?

Atau ketika kita mendengar tentang keagungan Al Qur’an,
Apakah tangan dan kaki kita tergerak untuk segera meraih dan membaca Kalam Al Mannaan?

Dan ketika kita telah mengilmui suatu kewajiban atau anjuran,
Apakah hati kita bergejolak untuk segera mengamalkan?

Bila iya, bersyukurlah… berarti Anda termasuk orang yang mendapat hidayah untuk bersegera dalam kebaikan…

Tetapi bila Anda masih mengacuhkan panggilan adzan,
Memilih tenggelam dalam kesibukan,
Dan lalai dari ketaatan…

Ketahuilah bahwa Allah telah berfirman:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran: 133).

Dia juga telah mengabadikan contoh teladan, tentang sifat para Rasul yang bersegera dalam kebaikan.. 
Salah satunya adalah kisah Nabiyullah Musa ‘alaihis salam..

Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memilih 70 orang terbaik di antara Bani Israil, kemudian Ia memanggil mereka agar menghadapNya untuk bermunajat dan menerima Taurat, maka Nabi Musa bersegera memenuhi panggilanNya. Karena cinta dan rindunya kepada RabbNya, Nabi Musa meninggalkan kaumnya di belakang. Maka, ketika telah sampai, Allah berfirman kepadanya:

وَمَا اَعْجَلَكَ عَنْ قَوْمِكَ يَا مُوسَى  ِ قَالَ هُمْ أُلئِي عَلَى أَثَرِي وَ عَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى
“ Mengapa engkau datang lebih cepat dari kaummu wahai Musa?” Musa menjawab: “ mereka sedang menyusul aku dan aku bersegera kepada Mu, wahai Rabb ku agar Engkau ridha kepadaku” (Thaha: 83-84)

Betapa indah jawaban itu, ketika seorang hamba mempercepat langkahnya dalam memenuhi seruan Rabbnya, untuk mengharapkan keridhoanNya. Bukti pengagungan dan kecintaan pada Rabb yang telah memberikan berjuta kenikmatan kepadanya, yang lebih berhak diagungkan dan dirindukan daripada siapa saja di dunia.

Seandainya seorang hamba mengetahui kebesaran Allah, tentu ia akan bersegera dalam memenuhi seruanNya, seperti halnya Nabi Musa ‘alaihis salam.

Kisah dalam Al Qur’an bukanlah khayalan yang mustahil diamalkan, semua bisa terwujud bila ada azzam kuat dengan mengharap pertolonganNya. Selalu ada contoh yang dekat untuk kita jadikan teladan.

Simaklah kisah ini…
            Dia adalah wanita yang bersegera dalam menuju keridhaan RabbNya. Setiap mendengar adzan, ia bersegera meninggalkan aktivitasnya untuk berwudhu dan menjalankan sholat. Suatu hari, ia mendapat telfon dari suaminya yang ingin dibuatkan waraqah inab (makanan berupa nasi yang dibungkus daun anggur kemudian direbus), dan menyuruhnya untuk segera membuatnya agar ketika suaminya datang, hidangan itu masih hangat. Ia pun segera mempersiapkan masakan permintaan sang suami, tetapi, ketika tersisa 3 daun anggur lagi, adzan ashar berkumandang, maka ia pun segera meninggalkan pekerjaannya untuk menjalankan sholat. Beberapa waktu kemudian, sang suami sampai di rumah, dan menjadi marah ketika mengetahui bahwa makanan pesanannya belum siap. Suami itu  pun segera mencari istrinya untuk menegurnya, tetapi, ketika memasuki ke kamar, ia menemukan istrinya tersebut telah meninggal dalam keadaan sujud!
Lihatlah bagaimana balasan Allah terhadap orang-orang yang bersegera menjawab panggilanNya! Seandainya wanita itu menunda-nunda sholat dan mengutamakan urusan dapurnya, mungkin ia ditemukan meninggal di dapurnya! Akan tetapi, ketika ia mengutamakan Allah atas segala urusannya, Allah memuliakan dia pada akhir hayatnya.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, pun telah memerintahkan kita untuk bersegera dalam ketaaatan.  Dalam hadist shohih riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بادِرُوا بالأعمال فِتَنًا كقطع الليل المظلم؛ يُصبِح الرجل مؤمنًا ويُمسِي كافرًا، أو يُمسِي مؤمنًا ويُصبِح كافرًا، يبيع دينه بعَرَضٍ من الدنيا 
Artinya: “Bersegeralah kalian mengerjakan amal-amal shalih, sebelum datangnya gelombang fitnah yang ciri khasnya seperti tumpukan malam yang gelap gulita tanpa cahaya bulan,dahsyatnya gelombang fitnah tersebut mengakibatkan seseorang yang paginya masih dalam keadaan beriman ,sorenya sudah dalam keadaan kufur (baik kufur akbar maupun ashghar-pent) atau sorenya Mukmin ,pagi harinya kufur,dia menjual agamanya dengan secuil dari perhiasan dunia”. (Shohih Muslim 72/ 118).

Wahai hamba Allah yang merindukan surga yang penuh kenikmatan,
Berhentilah sejenak dari kesibukan dunia yang fana dan melalaikan
Dan bersegeralah untuk mencari keridhaan Ar Rahmaan,
sebelum datang kematian pemutus amal dan harapan
           


Ummu Sholeh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Terbaru

Fiqih Muyassar : SUJUD TILAWAH DAN SUJUD SYUKUR

We Share Because We care Ringkasan Materi Kajian Ummahaat dari Kitab Fikih Muyassar Disampaikan oleh Ust. Rizqo, B.A. di Ma’had Madinat...